Perusahaan Listrik Negara
PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero)
|
|
Logo
Perusahaan Listrik Negara
|
|
BUMN / Perseroan Terbatas
|
|
Industri/jasa
|
|
Didirikan
|
|
Kantor pusat
|
|
Tokoh penting
|
|
Pemilik
|
|
Slogan
|
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih
Baik
|
Situs web
|
Perusahaan
Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua
aspek kelistrikan
yang ada di Indonesia.
Direktur Utamanya adalah Sofyan Basir (sebelumnya adalah Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia)[2],
menggantikan Nur Pamudji, Dirut sebelumnya yang mengundurkan diri.
Ketenagalistrikan
di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda
mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan
tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak perusahaan swasta Belanda
N.V. NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga
listrik, yang semula hanya bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan
berdirinya perusahaan swasta lainnya.
Daftar isi
- 1 Sejarah
- 1.1 Masa Kolonial Hindia Belanda
- 1.2 Masa Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
- 1.3 Masa Kemerdekaan Indonesia (1945 - sekarang)
- 1.4 Peristiwa
- 2 Direktur Utama
- 3 Unit-unit PLN
- 4 Anak Perusahaan PLN
- 5 Logo PLN Bersih
- 6 Konsumsi listrik di Indonesia
- 7 PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan
- 7.1 PLN Unit Bisnis Jasa Perbengkelan (PLN JASBENG)
- 7.2 PLN Jasa & Produksi (PLN J&P)
- 7.3 PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PLN PUSHARLIS)
- 7.4 Pimpinan Dari Masa Ke Masa
- 8 Rekening Listrik
- 9 Lihat pula
- 10 Referensi
- 11 Pranala luar
Sejarah
Pelat peringatan tua di gardu
listrik
Masa Kolonial Hindia
Belanda
Kelistrikan di Hindia
Belanda dimulai pada tahun 1897 ketika perusahaan
listrik pertama yang bernama Nederlandche
Indische Electriciteit Maatschappij (NIEM atau Perusahaan
Listrik Hindia Belanda), yang merupakan perusahaan yang berada di bawah N.V.
Handelsvennootschap yang sebelumnya bernama Maintz & Co. Perusahaan ini
berpusat di Amsterdam,
Belanda.
Di Batavia,
NIEM membangun PLTU
di Gambir di tepi Sungai
Ciliwung. PLTU berkekuatan 3200+3000+1350 kW tersebut merupakan pembangkit listrik tenaga uap pertama di
Hindia Belanda dan memasok kebutuhan listrik di Batavia dan sekitarnya. Saat
ini PLTU tersebut sudah tidak ada lagi.
NIEM berekspansi ke Surabaya
dengan mendirikan perusahaan gas yang bernama Nederlandsche Indische Gas Maatschappij
(NIGM) hingga akhir abad XIX. Pada tahun 1909, perusahaan ini
diberi hak untuk membangun beberapa pembangkit tenaga listrik berikut sistem
distribusinya ke kota-kota besar di Jawa.
ANIEM
(1909-1942)
Kantor Pusat NV ANIEM di Jalan Embong, Surabaya
Di Surabaya, perusahaan gas NIGM
(Nederlandsche Indische Gas Maatschappij) pada tanggal 26 April
1909 mendirikan anak
perusahaan Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij
(ANIEM). Dalam waktu
yang tidak berapa lama, ANIEM berkembang menjadi perusahaan listrik swasta
terbesar di Indonesia dan menguasai sekitar 40% dari kebutuhan listrik di dalam
negeri. ANIEM juga melakukan percepatan ekspansi seiring dengan permintaan
listrik yang tinggi. Pada 26 Agustus 1921 perusahaan ini
mendapat konsesi di Banjarmasin yang kontraknya berlaku hingga 31 Desember
1960. Pada tahun 1937 pangelolaan listrik
di Jawa Tengah,
Jawa Timur,
dan Kalimantan
diserahkan kepada ANIEM.
Sebagai perusahaan yang menguasal
hampir 40% kelistrikan di Indonesia, ANIEM memiliki kinerja yang cukup baik
dalam melayani kebutuhan listrik. Sebagaimana telah disebutkan di atas, ANIEM
memiliki wilayah pemasaran di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan. Untuk
melayani wilayah pemasaran yang luas ini, ANIEM menerapkan kebijakan
desentralisasi produksi dan pemasaran dengan cara membentuk anak perusahaan.
Dengan demikian maka listrik diproduksi secara sendiri-sendiri di berbagai wilayah
oleh perusahaan yang secara langsung menangani proses produksi tersebut. Dengan
demikian kinerja perusahaan menjadi amat efektif, terutama dari segi produksi
dan pemasaran.
Beberapa perusahaan yang merupakan
bagian dari ANIEM antara lain :
- NV ANIEM di Surabaya dengan perusahaan-perusahaan di Banjarmasin, Pontianak, Singkawang, Banyumas dan Magelang.
- NV Oost Java Electriciteits Maatschappij (OJEM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Lumajang, Tuban dan Situbondo.
- NV Solosche Electriciteits Maatschappij (SEM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Solo, Klaten, Sragen, Yogyakarta, Kudus dan Semarang.
- NV Electriciteits Maatschappij Banjoemas (EMB) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Purwokerto, Banyumas, Purbalingga, Sokaraja, Cilacap, Gombong, Kebumen, Wonosobo, Maos, Kroya, Sumpyuh dan Banjarnegara.
- NV Electriciteits Maatschappij Rembang (EMR) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Blora, Cepu, Rembang, Lasem dan Bojonegoro.
- NV Electriciteits Maatschappij Sumatra (EMS) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Bukit Tinggi, Payakumbuh, Padang Panjang dan Sibolga.
- NV Electriciteits Maatschappij Bali en Lombok (EBALOM) di Surabaya dengan perusahaan-perusahaannya di Singaraja, Denpasar, Gianyar, Tabanan, Klungkung, Ampenan, Gorontalo, dan Ternate.
Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA)
18.. - 1906 PLTA PAKAR dan PLTM
SALIDO KECIL
Waterkrachtwerk Bengkok aan
de Tjikapoendoeng, Bandung
Secara resmi, kelistrikan menggunakan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Hindia Belanda
dimulai pada tahun 1906,
saat PLTA Pakar dengan sumber air dari Sungai Cikapundung dengan kekuatan 800 KW diresmikan dan diberi
nama Waterkrachtwerk Pakar aan de Tjikapoendoengnabij Dago di Bandung,
Jawa Barat. Pada tahun 1913,
PLTA tersebut mulai dikelola BEM (Bandoengsche Electriciteits
Maatschappij) dan dapat dianggap sebagai salah satu pionir dalam
pembangkitan listrik dengan tenaga air.
Ada sumber lain yg mengatakan bahwa
sebelum PLTA Pakar dibangun, sebuah PLTM (Pembangkit
Listrik Mikro Hidro atau PLTA berskala mikro/kecil) berkapasitas 330
KW telah dibangun di Gunung Harun, di daerah yg sekarang termasuk
Kanagarian Tambang Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat. Pembangkit listrik yg dinamai PLTM
Salido Kecil ini awalnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di
tambang Gunung Harun. Sayangnya catatan kapan persisnya PLTM ini dibangun tidak
ada, hanya diperkirakan akhir abad XIX saja.
1917 - Waterkraht Bureau
Pada tahun 1917, Biro Tenaga Air (Waterkraht
Bureau) di bawah Jawatan Perkeretaapian Negara (SS -
Staatspoorwegen) diubah kedudukannya menjadi Jawatan Tenaga Air dan
Listrik (Dienst voor Waterkracht en Electriciteit). Dengan
begitu, jawatan tersebut mulai bergerak dalam pengembangan kelistrikan hingga
penggunaan secara ekonomis dari sumber-sumber tenaga air tersedia.
Jawatan tersebut tak hanya mengurus
pemberian lisensi-lisensi untuk tenaga air dan listrik, tetapi juga mengawasi
pula kesamaan instalasi - instalasi listrik di seluruh Indonesia.
1920 - GEBEO
Pada 1920 didirikan Perusahaan
Listrik Umum Bandung sekitarnya (Gemeenschappelijk Electrisch Bedrif
Bandoeng en Omstreken disingkat GEBEO), dengan modal dari pemerintah
dan swasta. Kemudian, maskapai tersebut mengambil alih PLTA Pakar di Bandung
dan PLTA Cijedil (2x174 KW dan 2x220 KW) di Cianjur.
Selanjutnya bekerjasama dengan perusahaan listrik negara untuk memasok listrik
kepada masyarakat. Direksi bagian swasta dipegang oleh perusahaan swasta NV
Maintz & Co. Pada 1934, Dienst voor Waterkraht an Electriciteit
diubah menjadi Electriciteitswezen (Kelistrikan) singkatnya E.W.
Perusahaan ini membagi 2 wilayah
pengelolaannya:
1. Perusahaan Tenaga Air Negara Dataran
Tinggi Bandung (Landswaterkrachtbedijf Bandoeng), yg terdiri dari
2 sektor:
- A. Sektor Priangan
PLTA-PLTA, yaitu Bengkok (3x1050 KW)
dan Dago (1x 700KW) pada 1923 dengan menggunakan sumber air dari Sungai
Cikapundung, selanjutnya Plengan (3x1050 KW, 1923), ditambah 2000 KW (1962) dan
Lamajan dengan kapasitas 2x6400 KW (1924), dan ditambah 6400 KW pada 1933
dengan sumber air Sungai Cisangkuy dan Sungai Cisarua.
Sebagai cadangan air untuk musin
kemarau dibangun situ Cileunca (9,89 Juta M3 air) pada 1922 dan Cipanunjang
(21,8 Juta M3 air) pada 1930.
Untuk mencapai jumlah banyaknya air seperti tersebut, maka bendungan Pulo,
Playangan dan Cipanunjang' dipertinggi pada 1940, sedangkan
situ-situnya mendapat tambahan air dari sungai-sungai sekitarnya. Dari PLTA
Plengan dibangun jalur transmisi 30 KV sepanjang 80 Km ke GI-GI Sumadra, Garut dan Singaparna
untuk menghantarkan tenaga listrik ke bagian Priangan Timur.
Selanjutnya dari GI Kiaracondong dibangun
jalur transmisi 30 KV ke GI Rancaekek hingga Sumedang
ke Priangan Utara - Timur dan kemudian hingga PLTA Parakan.
Kini tegangan Sumedang - Parakan sudah menjadi 70 KV.
Dari PLTA Lamajan pada 1928 dibangun jalur
transmisi 30 KV (kemudian 70 KV) ke GI Padalarang,
Purwakarta
dan Kosambi
untuk daerah Priangan Barat dan pada tahun 1966 dari Kosambi ke
Cawang. Di tahun 1920
dibangun PLTU
Dayeuhkolot (2x750 KW)
untuk keperluan pemancar radio ke luar negeri, namun pada 1940 dibongkar dan
kemudian menjadi PLTD Dayeuhkolot (2x550 KW). Kini
seluruhnya telah tiada dan bangunan menjadi GI Dayeuhkolot, gudang, dan bengkel
Dayeuhkolot yang sudah ada duluan. Pada 1928 dibangun Central
Electriciteit Laboratorium, disingkat CEL di komplek Sekolah
Tinggi Tinggi (Technische Hooge School) Bandung, yang meliputi
pekerjaan testing dan perbaikan peralatan listrik. Kini CEL telah diserahkan
kepada Institut Teknologi Bandung (ITB).
B. Sektor Cirebon
Berhubungan dengan rencana
pembangunan PLTA Parakan (4x2500KW) di tahun 1939 didirikan Perusahaan Tenaga
Air Negara Cirebon
(Landswaterkrachtbedrijf Cirebon). Kota Cirebon dan sekitarnya
dahulu mendapat energi listrik dari PLTD Kebonbaru kepunyaan maskapai Gas
Hindia Belanda (Nederland Indische Gas Maatschappij atau NIGM).
2. Perusahaan Tenaga Air Negara Jawa
Barat (Landswaterkrachtbedrift West Java)
Perusahaan ini mempunyai PLTA Ubrug
(2x5400 KW) di tahun 1924
ditambah dengan 1x6300 KW di tahun lima puluhan dan PLTA Kracak (2x5500 KW) di
tahun 1929,
kemudian ditambah dengan 1x5500 KW. Kedua PLTA tersebut dengan perantaraan
transmisi 70 kV dihubungkan bersama ke GI di Bogor dan dari sini
dihantarkan dengan jaringan transmisi 70 kV ke Jakarta dengan GI-GI Cawang, Meester
Cornelis (Jatinegara), Weltevreden (Gambir), dan Ancol.
Dari PLTA Ubrug pada 1926 dibangun
jalur transmisi 30 KV ke GI Lembursitu sepanjang 16 km untuk Sukabumi
dan sekitarnya. Dari PLTA Kracak pada 1931 dibangun jalur transmisi 30 kV
sepanjang 57 km untuk Rangkasbitung dan sekitarnya.
Catatan:
- PLTA Pakar dan PLTA Bengkok di Dago Bandung masih beroperasi sampai sekarang di bawah pengelolaan PT Indonesia Power UBP Saguling.
- PLTM Salido Kecil sempat mangkrak pada tahun 1959 akibat turbinnya diterjang banjir Sungai Salido Kecil, kemudian pada 1978 dikelola PT Anggrek Mekar Asri sampai sekarang memasok listrik untuk kota Painan dan sekitarnya.
Masa
Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
Seandainya sejarah bisa
berandai-andai, tentu bangsa Indonesia akan dilayani oleh sistem kelistrikan
yang amat efektif dari sebuah sistem usaha peninggalan kolonial Belanda.
Sayang, kinerja yang amat baik dari ANIEM harus terputus karena pendudukan
tentara Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Sejak pendudukan tentara Jepang,
perusahaan listrik diambil alih oleh pemerintah Jepang. Urusan kelistrikan di
seluruh Jawa kemudian ditangani oleh sebuah lembaga yang bernama Djawa
Denki Djigjo Kosja. Nama tersebut kemudian berubah menjadi Djawa
Denki Djigjo Sja dan menjadi cabang dari Hosjoden Kabusiki Kaisja
yang berpusat di Tokyo.
Djawa Denki Djigjo Sja dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu Jawa Barat
diberi nama Seibu Djawa Denki Djigjo Sja yang berpusat di Jakarta,
di Jawa Tengah
diberi nama Tjiobu Djawa Denki Djigjo Sja dan berpusat di Semarang,
dan di Jawa Timur
diberi nama Tobu Djawa Denki Djigjo Sja yang berpusat di Surabaya.
Pengelolaan listrik oleh Djawa Denki
Djigjo Sja berlangsung sampai Jepang menyerah kepada Sekutu dan Indonesia
merdeka. Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu, para pekerja yang bekerja di
Tobu Djawa Denki Djigjo Sja berinisiatif untuk menduduki lembaga pengelola
listrik tersebut dan mencoba mengambil alih pengelolaan. Untuk menjaga agar
listrik tidak menjadi sumber kekacauan, pada 25 Oktober
1945 pemerintah membentuk Djawatan
Listrik dan Gas Bumi yang bertugas untuk mengelola kelistrikan di
Indonesia yang baru saja merdeka. Usaha untuk mengelola kelistrikan ternyata
bukanlah pekerjaan yang mudah, di samping karena status kepemilikan
pembangkit-pembangkit yang belum jelas juga karena minimnya pengalaman
pemerintah dalam bidang kelistrikan. Sebagian besar pembangkit rusak parah
karena salah urus di masa pendidikan tentara Jepang.
Masa
Kemerdekaan Indonesia (1945 - sekarang)
Setelah diproklamirkannya
kemerdekaan Indonesia,
tanggal 17 Agustus
1945, perusahaan listrik
yang dikuasai Jepang
direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September
1945, lalu diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan
Listrik dan Gas oleh Presiden Soekarno. Waktu itu kapasitas pembangkit
tenaga listrik hanyalah sebesar 157,5 MW.
Peristiwa
- Tanggal 1 Januari 1961, dibentuk BPU - PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas.
- Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang mengelola gas.
Saat itu kapasitas pembangkit tenaga
listrik PLN sebesar 300 MW.
- Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN).
- Tahun 1990 melalui peraturan pemerintah No 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan.
- Tahun 1992, pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan tenaga listrik.
- Tahun 2014, PLN masuk dalam Fortune Global 500 di urutan 477 perusahaan terbesar dunia.
Direktur
Utama
Berikut adalah daftar Direktur Utama
PLN :
No
|
Nama
|
Awal
Jabatan
|
Akhir
Jabatan
|
1
|
Suryono
|
1979
|
1984
|
2
|
Sardjono
|
1984
|
1988
|
3
|
1988
|
1992
|
|
4
|
1992
|
1995
|
|
5
|
1995
|
1998
|
|
6
|
1998
|
2000
|
|
7
|
2000
|
2001
|
|
8
|
2001
|
2008
|
|
9
|
2008
|
2009
|
|
10
|
2009
|
2011
|
|
11
|
2011
|
2014
|
|
12
|
2014
|
Petahana
|
Unit-unit
PLN
I. Kelompok Unit Wilayah
- PLN Wilayah Aceh, berkedudukan di Banda Aceh
- PLN Wilayah Sumatera Utara, berkedudukan di Medan
- PLN Wilayah Sumatera Barat, berkedudukan di Padang
- PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, berkedudukan di Pekanbaru
- PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu, berkedudukan di Palembang
- PLN Wilayah Bangka Belitung, berkedudukan di Pangkalpinang
- PLN Wilayah Kalimantan Barat, berkedudukan di Pontianak
- PLN Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, berkedudukan di Banjar Baru
- PLN Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara berkedudukan di Balikpapan
- PLN Wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo, berkedudukan di Menado
- PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, berkedudukan di Makasar
- PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat, berkedudukan di Mataram
- PLN Wilayah Nusa Tenggara Timur, berkedudukan di Kupang
- PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara, berkedudukan di Ambon
- PLN Wilayah Papua dan Papua Barat, berkedudukan di Jayapura
II. Kelompok Unit Distribusi
- PLN Distribusi DKI Jakarta Raya dan Tangerang, berkedudukan di Jakarta
- PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, berkedudukan di Bandung
- PLN Distribusi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, berkedudukan di Semarang
- PLN Distribusi Jawa Timur, berkedudukan di Surabaya
- PLN Distribusi Bali, berkedudukan di Denpasar
- PLN Distribusi Lampung, berkedudukan di Bandar Lampung
III. Kelompok Unit Penyaluran dan
Pusat Pengatur Beban
- PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, berkedudukan di Depok
- PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera, berkedudukan di Padang
IV. Kelompok Unit Pembangkitan
- PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, berkedudukan di Medan
- PLN Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan, berkedudukan di Palembang
- PLN Pembangkitan Jawa Bali, berkedudukan di Yogyakarta
- PLN Pembangkitan Tanjung Jati B, berkedudukan di Jepara
- PLN Pembangkitan Indramayu, berkedudukan di
- PLN Pembangkitan Lontar, berkedudukan di Semarang
V. Kelompok Unit Induk Proyek
- PLN Unit Induk Pembangunan I, berkedudukan di Medan
- PLN Unit Induk Pembangunan II, berkedudukan di Medan
- PLN Unit Induk Pembangunan III, berkedudukan di Palembang
- PLN Unit Induk Pembangunan IV, berkedudukan di Jakarta
- PLN Unit Induk Pembangunan V, berkedudukan di Jakarta
- PLN Unit Induk Pembangunan VI, berkedudukan di Bandung
- PLN Unit Induk Pembangunan VII, berkedudukan di Surabaya
- PLN Unit Induk Pembangunan VIII, berkedudukan di Surabaya
- PLN Unit Induk Pembangunan IX, berkedudukan di Balikpapan
- PLN Unit Induk Pembangunan X, berkedudukan di Balikpapan
- PLN Unit Induk Pembangunan XI, berkedudukan di Mataram
- PLN Unit Induk Pembangunan XII, berkedudukan di Makassar
- PLN Unit Induk Pembangunan XIII, berkedudukan di Makassar
- PLN Unit Induk Pembangunan XIV, berkedudukan di Papua
VI. Kelompok Unit Pusat dan Jasa
- PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan, berkedudukan di Jakarta
- PLN Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan, berkedudukan di Jakarta
- PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan, berkedudukan di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
- PLN Pusat Penelitian dan Pengembangan, berkedudukan di Jakarta
- PLN Jasa Manajemen Konstruksi, berkedudukan di Semarang
- PLN Jasa Sertifikasi, berkedudukan di Jakarta
Anak
Perusahaan PLN
- PT Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam), berkedudukan di Batam, Kepulauan Riau
- PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT PLN Tarakan), berkedudukan di Tarakan, Kalimantan Utara
- PT Indonesia Power (PT IP), berkedudukan di Jakarta
- PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB), berkedudukan di Surabaya
- PT Indonesia Comnets Plus (PT ICON+), berkedudukan di Jakarta
- PT PLN Batubara, berkedudukan di Jakarta
- PT PLN Geothermal (PT PLN-G), berkedudukan di Jakarta
- PT Geo Dipa Energi, berkedudukan di Jakarta
- PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PT PLN-E), berkedudukan di Jakarta
- PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, berkedudukan di Jakarta
- Majapahit Holding BV, berkedudukan di Amsterdam, Belanda
Logo
PLN Bersih
Logo PLN Bersih
Pada tahun 2012, Direktur Utama PT. PLN (Persero) Nur Pamudji
mempublikasikan logo PLN bersih, tujuannya untuk menunjukan kepada masyarakat
bahwa PLN berkomitmen untuk membangun instansi yang bebas dari praktik Korupsi,
Kolusi,
dan Nepotisme
(KKN), dengan cara membatasi tatap muka antara pelanggan dengan petugas PLN
dengan sistem online dan call center yang disediakan PLN yaitu telepon ke nomor
123.[4].
Konsumsi
listrik di Indonesia
Konsumsi listrik Indonesia secara
rata rata adalah 473 kWh/kapita pada 2003. Angka ini masih tergolong rendah
dibandingkan rata rata konsumsi listrik dunia yang mencapai 2215 kWh/kapita
(perkiraan 2005). Dalam daftar yang dikeluarkan oleh The World Fact Book,
Indonesia menempati urutan 154 dari 216 negara yang ada dalam daftar.
Menurut koran Sindo
hari Senin tanggal 9 Juni 2008 halaman 5, daftar konsumsi listrik perdaerah di
Indonesia adalah (dalam satuan # Maluku: 176.08
- NTB: 119.27
- Papua: 180.11
- NTT: 64.32
- Rata-rata nasional: 352.59
PLN
Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan
PLN Pusat Pemeliharaan
Ketenagalistrikan (PLN Pusharlis) merupakan salah satu unit yang berada di
lingkungan PT PLN (Persero) yang bergerak dalam bidang maintenance, repair dan
overhaul (MRO) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta engineering, procurement
dan construction (EPC) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala kecil.
Keberadaan PLN Pusharlis memiliki sejarah yang cukup panjang yang mengalami
perubahan nama hingga 3 kali.
PLN
Unit Bisnis Jasa Perbengkelan (PLN JASBENG)
Berawal dari keinginan manajemen PLN
untuk memaksimalkan potensi bengkel-bengkel milik PLN untuk dapat berperan
dalam penanganan pemeliharaan aset milik PLN. Maka pada tahun 1997 berdasarkan
Keputusan Direksi No. 101.K/023/DIR/1997, didirikanlah oleh PLN sebuah unit
yang khusus mengelola bengkel-bengkel tersebut di dalam satu unit bisnis
tersendiri yang dinamakan Unit Bisnis Jasa Perbengkelan atau disingkat PLN
Jasbeng yang berkedudukan di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Bengkel-bengkel yang digabung meliputi Bengkel Pusat Klender,Jakarta; Bengkel
Distribusi Jalan Banten Bandung, Bengkel Mesin Dayeuhkolot (BMDK) Bandung, dan
Bengkel Distribusi Ngagel, Surabaya. Setelah digabung ke dalam PLN Jasbeng
masing-masing unit namanya diubah menjadi Unit Produksi Klender (UPKL), Unit
Produksi Banten (UPBN), Unit Produksi Dayeuhkolot (UPDK), Unit Produksi Ngagel
(UPNG).
Pada tahun 2000 dibentuk 2 unit lagi
dengan masing-masing memanfaatkan aset milik PLN Pikitring Jabar Jaya menjadi
Unit Produksi Merak (UPMR) dan milik PLN Distribusi Jawa Tengah menjadi Unit
Produksi Krapyak (UPKR).
PLN
Jasa & Produksi (PLN J&P)
Sesuai Keputusan Direksi No.
29.K/010/DIR/2001 tanggal 20 Februari 2001 nama organisasi diubah menjadi PLN
Jasa & Produksi yang disingkat menjadi PLN J&P dan unit-unit berubah
menjadi:
- Unit Produksi Jakarta Klender (UPJKL), berkedudukan di Klender, Jakarta
- Unit Produksi Bandung (UPBDG), berkedudukan di Jalan Banten, Bandung
- Unit Produksi Citarum(UPCTR), berkedudukan di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
- Unit Produksi Surabaya (UPSBY), berkedudukan di Ngagel, Surabaya
- Unit Produksi Merak (UPMRK), berkedudukan di Pulomerak, Cilegon
- Unit Produksi Semarang (UPSMG), berkedudukan di Krapyak, semarang
Pada tahun 2006 dibentuk Unit
Produksi Bali (UPBLI), berkedudukan di Denpasar yang memanfaatkan aset milik
PLN Distribusi Bali.
PLN
Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PLN PUSHARLIS)
Sesuai Keputusan Direksi No.
067.K/DIR/2011 tanggal 25 Februari 2011 organisasi diubah menjadi PLN Pusat
Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PLN Pusharlis) dengan perubahan nama-nama
unitnya menjadi:
- Unit Workshop I (UWS I), berkedudukan di Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung
- Unit Workshop II (UWS II), berkedudukan di jalan Banten, Bandung
- Unit Workshop III (UWS III), berkedudukan di Ngagel, Surabaya
- Unit Pelaksana Pemeliharaan I (UPP I), berkedudukan di Pulomerak, Cilegon
- Unit Pelaksana Pemeliharaan II (UPP II), berkedudukan di Krapyak, Semarang
- Unit Pelaksana Pemeliharaan III (UPP III), berkedudukan di Klender, Jakarta
Tugas Utama PLN Pusat Pemeliharaan
Ketenagalistrikan:
- Melaksanakan penanganan Maintenance, Repair dan Overhaul (MRO) ketenagalistrikan khususnya pada PLTU 10.000 MW di luar Jawa Bali dan melaksanakan Maintenance, Repair dan Overhaul (MRO) berdasarkan penugasan dari PLN Pusat serta Unit-unit PLN.
- Melayani kebutuhan emergency repair dari Unit-unit PLN secara cepat dan tepat.
- Melaksanakan kegiatan Engineering, Procurement, Construction (EPC) PLTA/PLTMH atas persetujuan/penugasaan dari PLN Pusat.
- Mengembangkan dan memproduksi hasil karya inovasi.
Pimpinan
Dari Masa Ke Masa
Pemimpin
- 1998 - 2000 : Hadi Sukaryanto
- 2000 - 2001 : Abimanyu Suyoso
General Manager
- 2001 - 2002 : Abimanyu Suyoso
- 2002 - 2004 : Ahmad Sadikin
- 2004 - 2008 : Ahmad Solihin
- 2008 - 2010 : Nandi Ranadireksa
- 2010 - 2010 : Koko Sudjatmiko (Pelaksana Tugas)
- 2010 - 2011 : Budi Susanto
Kepala
- 2011 - sekarang : Budi Susanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar