DINAMIKA ORGANISASI
Jika dilihat dari asal katanya, dinamika memiliki arti tenaga/kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap setiap keadaan keadaan. Sedangkan organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama.
Dengan demikian dinamika organisasi merupakan sebuah konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Selain itu dinamika organisasi dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu, memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
1. Pengertian Keputusan
Jika dilihat dari asal katanya, dinamika memiliki arti tenaga/kekuatan yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap setiap keadaan keadaan. Sedangkan organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama.
Dengan demikian dinamika organisasi merupakan sebuah konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Selain itu dinamika organisasi dapat juga diartikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu, memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
Pengambilan keputusan merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi individu maupun organisasi. Mengambil
keputusan kadang-kadang mudah tetapi lebih sering sulit sekali. Kemudahan atau
kesulitan mengambil keputusan tergantung pada banyaknya alternatif yang
tersedia. Semakin banyak alternatif yang tersedia, kita akan semakin sulit
dalam mengambil keputusan. Keputusan yang diambil memiliki tinkat yang berbeda-beda.
Ada keputusan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap organisasi, tetapi ada
keputusan yang dapat menentukan kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu,
hendaknya mengambil keputusan dengan hati-hati dan bijaksana.
Keputusan adalah sesuatu pilihan
yang diambil diantara satu atau lebih pilihan yang tersedia.
2. Jenis-Jenis Keputusan
Jenis Keputusan dalam sebuah
organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk
mengambil keputusan tersebut. Bagian mana organisasi harus dilibatkan dalam
mengambil keputusan, dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut
difokuskan.
Secara garis besar keputusan
digolongkan ke dalam keputusan rutin dan keputusan yang tidak rutin. Keputusan
rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya
telah dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin
adalah keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
Dalam mengambil keputusan, baik yang
bersifat rutin maupun tidak, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama
adalah metode tradisional, dimana pengambilan keputusan lebih berdasarkan pada
intuisi dan kebiasaan. Metode yang kedua adalah metode modern, dimana
pengambilan keputusan didasarkan pada perhitungan matematis dan penggunaan
instrumen yang bersifat modern, seperti komputer dan perhitungan statistik.
Pengambilan keputusan berdasrkan
metode ada 2, yaitu tradisional dan modern. Pengambilan keputusan secara
garis besar ada 2, yaitu rutin dan tidak rutin.
3. Tingkat Pengambilan Keputusan
Banyak jenis keputusan yang berbeda
harus dibuat dalam organisasi. Seperti bagaimana membuat suatu produk,
bagaimana memelihara mesin, bagaimana menjamin kualitas produk dan bagaimana
membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan pelanggan.
Dengan keputusan yang berbeda ini,
beberapa tipe dasar pemikiran harus dikembangkan untuk menetapkan siapa saja
yang memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan dalam organisasi.
Pemikiran tersebut didasarkan pada
dua faktor berikut :
- Sejauh mana keputusan yang diambil akan mempengaruhi pihak lain.
- Tingkat manajemen.
Keputusan yang diambil mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh terhadap organisasi secara umum, tetapi bisa saja
sebaliknya. Semakin banyak pengaruh keputusan yang diambil terhadap organisasi
tersebut, semakin vital keputusan tersebut. Tingkatan pada manajemen menuntuk
pada manajemen tingkat bawah, menengah, dan atas. Dasar pemikiran untuk
menentukan siapa yang akan mengambil keputusan adalah semakin besar pengaruh
keputusan yang diambil terhadap organisasi (yang artinya semakin vital
keputusan tersebut) maka semakin tinggi tingkatan manajer yang bertanggung
jawab atas pengambilan keputusan tersebut.
Walaupun seseorang wirausahawan
memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan tertentu, tidak berarti
ketika mengambil keputusan tidak membutuhkan bantuan orang lain, terutama
anggota organisasinya.
Ada sebuah cara yang disebut
“konsensus” yang biasa digunakan wirausahawan untuk mendorong anggota
organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan tertentu. Konsensus adalah
persetujuan dalam pengambilan keputusan oleh semua individu yang terlibat
didalamnya. Konsensus biasanya terjadi setelah pertimbangan dan pembahasan
mendalam yang lama oleh anggota-anggota dari kelompok yang mengambil keputusan.
Keputusan melalui konsensus memiliki
kelebihan dan kekurangan.
- Kelebihannya : Seorang wirausaha dapat lebih memanfaatkan perhatian pada konsep, sementara anggota organisasi lainnya mengembangkan konsep dasar tersebut menjadi sebuah keputusan konkrit dan dapat diambil.
- Kekurangannya : terlalu banyak orang yang dilibatkan, amak pengambilan keputusan memakan waktu yang relatif lama dan biayanya yang relatif mahal.
4. Proses pengambilan keputusan
Proses pengambilan keputusan
didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh pembuat keputusan untuk memilih
alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis yang harus dilakukan dalam
proses pengambilan keputusan adalah sebgai berikut :
- Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi
- Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi
- Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah
- Melaksanakan alternatif tersebut
- Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut ini merupakan penjabaran
proses pengambilan keputusan.
1. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada dasarnya
adalah proses pemecahan masalah yang menghalangi atau menghambat tercapainya
tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu harus dikenali apa
masalahnya.
2. Mencari alternatif pemecahan
Setelah masalh dikenali maka dapat
dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif yang mungkin dapat
memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif hendaknya tidak
mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting adalah
mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah alternatif terkumpul,
barulah disusun berurutan dari yang paling diinginkan sampai yang tidak
diinginkan.
3. Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah
dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat memberikan manfaat, dalam arti
dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien. Sebelum
menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan pertanyaan untuk tiap-tiap
alternatif.
4. Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah
saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan. pelaksanaan harus sesuai
denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat tercapai.
5. Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan,
bukan berarti proses pengambilan keputusan telah selesai. Pelaksanaan
alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi hasil yang
dicapai tidak maksimal, sudah waktunya untuk mempertimbangkan kembali pemilihan
alternatif lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai mungkin terjadi karena
pengaruh negatif potensial benar-benar terjadi, atau mungkin pengaruh negatif
yang tadinya tidak diperkirakan.
Langkah proses pengambilan keputusan
ada 5, yaitu identifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan, pelaksanaan
alternatif, dan evaluasi.
Kekuasaan adalah kemampuan
untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap
atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan
juga berarti kemampuan untuk
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau
kejadian. Kekuasaan tidak sama
dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau
kekuasaan tanpa wewenang akan
menyebabkan konflik dalam organisasi.
Secara umum ada
dua bentuk kekuasaan:
1. Kekuasaan pribadi,
kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan
pada seberapa besar pengikut
mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin.
2. Kekuasaan posisi,
kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi,
besarnya kekuasaan ini tergantung
pada besarnya pendelegasian orang yang
menduduki posisi tersebut.
Kekuasaan berkaitan erat dengan
pengaruh (influence) yaitu tindakan atau contoh tingkah
laku yang menyebabkan perubahan
sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok.
Kekuasaan tidak begitu saja
diperoleh individu, ada 6 sumber kekuasaan menurut John
Brench dan
Bertram Raven,
yaitu :
1. Kekuasaan balas jasa (reward
power)
Kekuasaan yang didasarkan pada
kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk
memberi penghargaan pada orang
lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan
perintah. (bonus sampai
senioritas atau persahabatan)
2. Kekuasaan paksaan (coercive
power)
Kekuasaan berdasarkan pada
kemampuan orang untuk menghukum orang yang
dipengaruhi kalau tidak memenuhi
perintah atau persyaratan. (teguran sampai
hukuman).
3. Kekuasaan sah (legitimate
power)
Kekuasaan formal yang diperoleh
berdasarkan hukum atau aturan yang timbul
dari pengakuan seseorang yang
dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak
menggunakan pengaruh sampai pada
batas tertentu.
4. Kekuasaan keahlian (expert
power)
Kekuasaan yang didasarkan pada
persepsi atau keyakinan bahwa pemberi
pengaruh mempunyai keahlian
relevan atau pengetahuan khusus yang tidak
dimiliki oleh orang yang
dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).
5. Kekuasaan panutan (referent
power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau kelompok yang didasarkan pada
indentifikasi pemberi pengaruh
yang menjadi contoh atau panutan bagi yang
dipengaruhi. (karisma,
keberanian, simpatik dan lain-lain).
6. Kekuasaan Pengendalian
Informasi (Control Of Information power)
Berasal dari pengetahuan yang
tidak dimiliki orang lain, ini dilakukan dengan
pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
Wewenang adalah hak untuk
memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tujuan
dapat tercapai.
Ada dua pandangan yang
menjelaskan wewenang formal (resmi):
1. Pandangan klasik (classical
view)
Wewenang datang dari tingkat
paling atas, kemudian secara bertahap diturunkan
ke tingkat yang lebih bawah
2. Pandangan penerimaan (acceptance
view)
Sudut pandang wewenang adalah
penerima perintah, bukannya pemberi perintah.
Pandangan ini dimulai dengan
pengamatan bahwa tidak semua perintah dipatuhi
oleh penerima perintah. Penerima
perintah akan menentukan apakah akan
menerima perintah atau tidak.
Menurut Chester I. Bernard
seseorang akan memenuhi perintah apabila dipenuhi empat
kondisi berikut:
· Dia dapat memahami komunikasi
· Dia percaya bahwa perintah
tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi
· Perintah tersebut tidak
bertentangan dengan kepentingan secara keseluruhan, dan
· Secara fisik dan mental mampu
menjalankan perintah tersebut.
Wewenang Lini,
Staff dan Fungsional
· Wewenang Lini
Dimiliki oleh manajer lini yang
mengambil keputusan untuk mencapai tujuan organisasi
secara langsung. Dalam bagan
organisasi, wewenang lini digambarkan oleh garis yang
menghubungkan manajemen puncak
sampai ke manajemen tingkat bawah.
· Wewenang Staff
Dilakukan oleh orang atau
kelompok orang yang memberikan jasa atau nasehat kepada
manajer lini. Staff ahli
biasannya merupakan istilah yang menggambarkan posisi tersebut.
Staff ahli memberikan nasehat
berdasarkan keahlian, pengalamana, atau riset dan analisis
yang diperlukan, termasuk bantuan
pelaksanaan kebijakan, monitor, dan pengendalian.
· Wewenang Fungsional
Kadang organisasi mempunyai
manajer atau departemen yang mempunyai wewenang
fungsional. fungsi keuangan dan
akuntansi sering diberikan wewenang fungsional.
Delegasi
Wewenang
Delegasi dapat diartikan sebagai
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal dari
atasan kepada orang lain untuk
melaksanakan tugas tertentu. Delegasi wewenang adalah
proses pengalihan wewenang dari
atasan kepada orang yang ditunjuk.
Keuntungan dan
Halangan Delegasi Wewenang
Delegasi wewenang memungkinkan
manajer menyelesaikan lebih banyak pekerjaan
daripada kalau semuanya
dikerjakan sendiri. Kadang bawahan mempunyai keahlian yang
lebih dibandingkan dengan manajer
untuk hal-hal tertentu. Beberapa manajer kadang
enggan mendelegasikan wewenang
karena: tidak yakin akan kemampuan bawahan
merasa mampu mengerjakan sendiri
tidak efisien untuk mengajari bawahannya
WEWENANG,
DELEGASI DAN DESENTRALISASI
melakukan tugas takut wewenangnya
akan berkurang, atau takut kalau bawahannya dapat
melakukan tugas lebih baik
dibandingkan dirinya. Karyawan kadang enggan menerima
delegasi wewenang karena beberapa
alasan: takut gagal merasa tidak ada penghargaan
untuk kerja yang akan
dilakukannya, atau tidak mau menganggung risiko semua risiko
diserahkan atau ditanggung oleh
manajer.
Delegasi
Wewenang yang Efektif
1. Memutuskan pekerjaan mana yang
akan didelegasikan, karena tidak semua
pekerjaan dapat didelegasikan
2. Memutuskan siapa yang akan
memperoleh penugasan, dengan beberapa
pertimbangan: waktu yang dipunyai
karyawan, kemampuan yang dimiliki
karyawan, dan kesempatan yang
akan dimanfaatkan oleh karyawan
3. Mendelegasikan tugas, disertai
dengan informasi dan pemberian wewenang yang
cukup, dan bentuk hasil yang
diharapkan
4. Menetapkan Feedback, untuk memonitor kemajuan yang dicapai oleh
bawahan.